AFBTVNews, TTS – Dokter Diana Nubatonis, Spesialis Penyakit Anak, yang kini bekerja di RSUD Soe, dan Klinik Siloam Soe, memberikan edukasi tentang Enterovirus 71 (EV71).
Dokter Diana mengatakan, penyebab Flu Singapura penting untuk dicegah karena penularannya yang sangat cepat, baik melalui droplet atau percikan air liur akibat bersin atau batuk, kontak dengan cairan lesi kulit atau dari benda disekitar yang sudah terkontaminasi.
“Penyakit ini sering terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun dan dapat menyebar dengan cepat di sekolah maupun tempat penitipan anak,” ujarnya.
Gejala awal flu Singapura, kata Dokter Diana, yaitu demam, sakit tenggorokan, lemas dan kurang nafsu makan, kemudian timbul gejala yang khas seperti ruam kulit yang terasa gatal di telapak tangan dan telapak kaki, serta sariawan di mulut sehingga disebut dengan hand, foot, and mouth disease (HFMD).
Meski begitu, ruam pada flu Singapura juga dapat muncul di bagian tubuh mana pun, termasuk dada, punggung, lengan, hingga alat kelamin.
Flu sinagpore, kata dia, dapat sembuh dengan sendirinya dalam 7 hingga 10 hari, namun daya tahan tubuh yang rendah dan keterlambatan dalam tatalaksana dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti dehidrasi, radang otak, radang selaput otak, dan kelumpuhan.
Dia juga menjelaskan tentang pencegahan flu Singapore dapat dilakukan seperti mencuci cuci tangan dengan sabun sesering mungkin selama minimal 20 detik, terutama setelah mengganti popok, menggunakan toilet, dan batuk, bersin, atau membuang ingus.
“Hindari menyentuh wajah dengan tangan yang belum dicuci, terutama mata, hidung, dan mulut. Bersihkan dan disinfeksi barang barang yang sering disentuh serta digunakan bersama, seperti mainan anak dan gagang pintu dan hindari kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, seperti memeluk atau mencium,” ujar dr Diana Nubatonis. SpA.
Untuk diketahui, saat ini di Indonesia telah tersedia vaksin HFMD yang bertujuan untuk mencegah penyebaran virus EV71 dan memberikan perlindungan extra terutama dilingkungan anak-anak.
Vaksin ini sudah mendapat ijin BPOM dan direkomendasikan untuk anak berusia 6 bulan hingga 3 tahun. Vaksin diberikan dalam 2 dosis dengan interval satu bulan di antara setiap dosis. Berdasarkan riset, reaksi yang dapat timbul setelah penyuntikan vaksin bersifat ringan, mencakup reaksi sistemik yang paling umum seperti demam, diare dan kehilangan nafsu makan, dan reaksi yang paling umum di tempat injeksi adalah kemerahan dan nyeri pada bekas suntikan. (Sumber: Centers for Disease Control and Prevention, American Academy of Pediatric). (*/gr)