AFBTVNews, Kota Kupang – Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi, hadir dalam workshop pembelajaran dan penutupan sekaligus serah terima secara resmi Program Water for Women (WfW), di Aula Fernandez Kantor Gubernur NTT, Senin (18/11).
Program Water for Women (WfW) telah memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan akses air bersih dan sanitasi inklusif selama dua tahun terakhir. Acara dihadiri oleh SPACE Manager Plan Indonesia, Herbert Barimbing, Kepala Bapelitbangda Provinsi NTT, Dr. Alfonsus Theodorus, pimpinan perangkat daerah, camat, lurah, sanitarian Puskesmas, perwakilan sekolah, LSM, kelompok disabilitas, dan manajemen bank sampah kelurahan.
Program WfW dirancang untuk meningkatkan kesehatan, kesetaraan gender, dan kesejahteraan masyarakat melalui proyek sanitasi berkesetaraan gender dan inklusif (STBM GESI). Di Kota Kupang, program ini mendukung pengelolaan sampah dan penyusunan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM), yang menjadi panduan penting dalam penyediaan air minum berkualitas, aman, dan berkelanjutan bagi warga.
Penjabat Wali Kota Kupang mengungkapkan apresiasinya atas Program WfW yang berkontribusi dalam penyediaan air bersih dan sanitasi di Kota Kupang yang inklusif dan berketahanan iklim.
“Kota Kupang memiliki tantangan besar dalam penyediaan air minum yang aman dan berkelanjutan. Program WfW menjadi solusi penting untuk mencapai target ini, sekaligus menjadikan sanitasi lebih inklusif dan tangguh terhadap perubahan iklim. Kami berharap praktik baik ini dapat terus direplikasi di masa mendatang,” ujar Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi.
Sementara itu, dalam laporan yang disampaikan oleh SPACE Program Manager, Herbert Barimbing, dipaparkan bahwa sejak 2023, program WfW telah melibatkan 389 kaum muda, 743 perempuan, dan 127 penyandang disabilitas di Kota Kupang. Secara keseluruhan, sejak dimulai pada 2018, program ini memberikan manfaat langsung kepada hampir 9.000 orang di Kota Kupang, Kabupaten Manggarai, dan Kabupaten Sumbawa, termasuk kelompok perempuan, anak perempuan, penyandang disabilitas, dan lansia.
Herbert menjelaskan bahwa RPAM yang disusun bersama Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda AM) Kota Kupang mencakup sistem penyediaan air Kali Dendeng, yang melayani lebih dari 3.000 pelanggan aktif. Selain itu, WfW telah mendampingi empat bank sampah unit di Kelurahan Maulafa, Naioni, Nefonaek, dan Oebufu, dengan total pengelolaan sampah mencapai 11,5 ton.
“Kami berharap keberadaan bank sampah ini dapat direplikasi oleh kelurahan lain sehingga membantu mengurangi sampah di TPA dan membangun masyarakat Kota Kupang yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim,” ujar Herbert.
Lebih lanjut dikatakan Herbert, salah satu keunikan program WfW adalah pendekatannya yang inklusif, dengan hampir 40% tim manajemen sampah terdiri dari perempuan. Selain itu, WfW juga memberdayakan penyandang disabilitas melalui metode Participatory Action Research (PAR).
Rahmat, seorang peserta program WfW, mengungkapkan manfaat yang dirasakan dari pendekatan ini. “PAR membantu kami untuk menggali permasalahan di sekitar, merencanakan aksi bersama, dan melakukan kegiatan seperti sosialisasi tentang disabilitas, pengelolaan sampah, hingga penanaman pohon,” jelasnya.
Menurut Kepala Bappeda Kota Kupang, Djidja Kadiwanu mengungkapkan, Pemerintah Kota Kupang berkomitmen untuk mengintegrasikan perubahan iklim dalam program air dan sanitasi. Komitmen ini diwujudkan melalui penandatanganan dokumen kerja sama dengan Yayasan Plan International Indonesia.
Sementara itu, Kepala Bappelitbangda Provinsi NTT, Dr. Alfonsius Theodorus, menyoroti peran penting bank sampah dalam pengelolaan sampah dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. “Bank sampah tidak hanya membantu mengurangi volume sampah ke TPA tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga,” tegasnya. (*/gr)